Kawruh Begja Ki Ageng Suryomentaram
Yulian Dwi Enno Kurniawan-
Siapakah
Sosok Ki Ageng Suryomentaram?
Ada
pepatah mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang”. Muncul juga pepatah lain
seperti, “Tak kenal maka ta’aruf”. Nah, mari kita berkenalan dengan sosok Ki
Ageng Suryomentaram. Beliau adalah putra Sri Sultan Hamengkubuwana VII Raja
Kesultanan Yogyakarta. Ki Ageng Suryomentaram lahir pada tanggal 20 Mei 1892,
dan memiliki nama kecil yaitu Bendara Raden Mas Kudiarmaji.
Poin-poin
Penting Dalam Kawruh Begja
Ki
Ageng Suryomentaram melahirkan pemikiran tentang bagaimana cara untuk bisa
menjalani hidup dengan bahagia. Filosofi hidup bahagia dari Ki Ageng
Suryomentaram ini dikenal dengan sebutan “Kawruh Begja”. Ada beberapa poin
penting dalam Kawruh Begja yang sangat dalam maknanya.
Poin
pertama yaitu tentang susah dan senang, di mana seseorang tidak akan selalu
merasakan susah, dan tidak pula akan selalu merasakan senang. Susah dan senang
akan datang silih berganti. Poin kedua yaitu tentang mulur, bahwa ketika
keinginan manusia sudah tercapai belum tentu orang tersebut akan merasakan
bahagia, karena sebuah keinginan sejatinya bersifat mulur atau memanjang.
Setelah keinginan satu terpenuhi, maka akan muncul bibit-bibit keinginan yang
lain. Hal tersebut akan terjadi terus-menerus, tanpa ujung, hingga manusia
mencapai beribu-ribu keinginan, kebahagiaan yang didapatkan hanya bersifat
sementara.
Poin
ketiga yaitu tentang semat, drajat, dan kramat. Manusia seringkali mengejar
semat (kekayaan), drajat (kehormatan), dan kramat (kekuasaan), padahal untuk
bisa hidup bahagia sejatinya manusia tidak harus memiliki semat, drajat, dan
kramat. Poin keempat yaitu tentang rasa sama, baik itu orang kaya, orang
miskin, raja, wali, dan penjahat sekalipun, mereka semua sama-sama merasakan
susah dan senang, yang membedakan hanyalah apa hal yang disenangi dan disusahi
itu.
Poin
terakhir yaitu tentang mungkret, bahwa rasa susah itu hanyalah sementara dan
sebuah keinginan akan mungkret atau menyusut apabila kita tidak dapat mencapainya.
Misalnya ketika kita tidak bisa menjadi mahasiswa cumlaude, padahal selama
berkuliah kita sudah bersusah payah agar bisa meraih cumlaude, kemudian karena
kita tidak bisa mencapai cumlaude akhirnya merasa sedih. Namun, semakin
berjalannya waktu keinginan kita dengan sendirinya akan menyusut, tidak lagi harus
mencapai cumlaude untuk bisa bahagia, akan tetapi cukup dengan bisa mencapai lulus
tepat waktu sudah membuat diri kita bahagia.
Hikmah Dari Kawruh Begja
Selain
dari poin-poin penting di atas, sebenarnya ada poin lain dalam Kawruh Begja
yang juga tidak kalah pentingnya dari poin-poin di atas. Dalam tulisan ini saya
akan membahas apa saja hikmah yang dapat kita ambil dari Kawruh Begja selain
dari poin-poin penting yang sudah saya sampaikan sebelumnya.
Hikmah
yang pertama adalah Kawruh Begja mengajarkan kita untuk tidak merasa iri dan
sombong. Karena sejatinya orang iri adalah mereka yang merasa kalah terhadap
orang lain, sedangkan orang sombong adalah mereka yang merasa menang terhadap
orang lain. Iri dan sombong inilah yang terkadang menyebabkan manusia berusaha
keras, mati-matian, jungkir balik, untuk mendapatkan semat (kekayaan), drajat
(kehormatan), dan kramat (kekuasaan).
Hikmah
yang kedua adalah Kawruh Begja mengajarkan kita bagaimana cara untuk bisa
merasa tentram. Caranya yaitu dengan menghilangkan rasa iri dan sombong di
dalam diri kita, dengan cara itu kita akan lebih mudah untuk mencapai
ketenangan pikiran dan merasa tentram.
Hikmah
yang terakhir adalah Kawruh Begja mengajarkan kita bahwa sebuah keinginan itu
terkadang mulur (memanjang), dan terkadang mungkret (menyusut). Namun pada
hakikatnya, keinginan itu langgeng atau abadi, artinya sejak dahulu sudah ada,
kini pun ada, dan sampai kapan pun akan selalu ada.
Penutup
Demikianlah
Kawruh Begja dari Ki Ageng Suryomentaram. Semoga dapat kita jadikan sebagai
landasan dalam menjalani hidup. Saya ingin menutup pembahasan ini dengan sebuah
pantun, “Jalan-jalan ke kota Jogja, pulangnya lewat Grobogan, selesai sudah
pembahasan Kawruh Begja, semoga bermanfaat untuk kita sekalian.”
No comments