Tuhan dan Manusia
Ilham Faisabrun Zjamiil-
Manusia ialah makhluk yang menarik nan unik,
makhluk yang senantiasa selalu berpikir baik itu penting maupun tidak penting
semuanya dipikirkan oleh manusia. Kemampuan manusia dalam berpikir dapat
melahirkan manusia baru bagi manusia itu sendiri, manusia akan cenderung
mengejar suatu hal yang membuat ia menarik dan menantang dan mendapatkanya
dengan cara apapun. Namun, terkadang manusia tidak menggunakan akalnya dalam
mewujudkan keinginanya dan cenderung menggunakan nafsunya. Kemampuan akal manusia
apabila digunakan secara penuh akan melahirkan revolusi manusia yang sangat
menakjubkan dan itu terlihat dari perkembangan zaman yang ada.
Perkembangan zaman saat ini yang sedang
terjadi berdasarkan dari keresahan yang kemudian diolah menjadi sebuah solusi
dan kontribusi aksi yang nyata. Maka, dari itu disini akal manusia memiliki
peranan yang cukup penting untuk perkembangan manusia itu sendiri. Melihat secara
seksama, manusia dalam perkembanganya akan selalu mengalami perubahan karena
manusia bergerak secara dinamis dan akan selalu mencari jati dirinya guna
mengembangkan potensi diri. Instropeksi-instropeksi manusia dari
masalah-masalah dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang cukup penting.
Agama datang menjadi cahaya dalam kegelapan
kehidupan manusia, dalam keadaan kebingungan manusia akan selalu mencari
jawaban untuk permasalahan dalam hidupnya. Agama disini berperan sebagai
petunjuk hidup yang konkrit bagi para pemeluknya terutama agama Islam itu
sendiri, Islam yang merupakan agama rahmatan lil alamin menjadi
penjembatan baik sesama manusia dan Tuhan itu sendiri. Akan terlihat naif
apabila manusia dapat berdiri sendiri tanpa campur tangan Tuhan dalam
kehidupanya.
Agama membutuhkan akal untuk menerjemahkan
firman-firman Tuhan yang mana itu membutuhkan ilmu-ilmu tertentu, dan
beruntungnya umat Islam memiliki para penafsir dan pemikir Islam yang mumpuni
dalam bidang tersebut dan tugas kita sebagai umat Islam ialah mempelajarinya
dan mengimplementasikanya dalam kehidupan sehari-sehari. Firman Tuhan “Iqra’”
yang pertama kali turun merupakan perintah bagi para hamba untuk senantiasa
membaca, membaca kuasa Tuhan lewat Al-Qurán dan Hadits Nabi yang telah
dipermudah oleh para ulama. Merasa kurang sekiranya mengimani Tuhan hanya lewat
kajian-kajian fiqih tanpa didasari rasional yang jelas.
Fungsi akal dalam Agama ialah sebagai
penterjemah perintah Tuhan itu sendiri, ajaran Islam terlihat sangat konkrit,
jelas dan rasional untuk manusia itu sendiri karena Tuhan memperintahkan
sesuatu berdasarkan kebaikan untuk para manusia itu sendiri. Maka tak ayal akal
akan selalu menterjemahkan perintah Tuhan sebagai landasan memperkuat iman. Ada
suatu ilmu yang mana itu bisa menjadi alat bantu untuk senantiasa berpikir
secara kritis dan logis dalam segala urusan yaitu filsafat. Filsafat merupakan
sebuah ilmu yang melatih manusia berpikir secara rasional yang sudah tersusun
rapi dan akan selalu menjadi thesis anti-thesis yang saling koheren, bukan
menjadi kewajiban sebenarnya untuk mempelajari filsafat namun akankah lebih
baik apabila manusia berpikir secara terstruktur dan logis, mengutip dari
argumen habib ja’far “ orang bodoh itu menyusahkan” maka menjadi keharusan bagi
umat muslim untuk senantiasa berpikir secara logis dan terstruktur.
Namun, ada yang menganggap filsafat itu
menyesatkan dan menjauhkan dari Agama, pribadi tidak bisa menyalahkan argumen
tersebut apabila mempelajari filsafat tidak dibarengi dengan memperkuat agama
pula. Filsafat yang bersifat keduniawian dan Agama yang bersifat titah Tuhan
akan menjadi perpaduan yang sangat apik apabila para manusia menyadari hal itu.
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang kehidupan yang dibuat oleh filsafat
senantiasa oleh Agama yang telah ditafisrkan oleh para ulama karena Agama ialah
petunjuk paten dari Tuhan yang telah tertulis di Al-Qurán dan Hadits nabi.
Filsafat seperti bilah pisau yang itu bergatung
dari cara pandang penggunaanya, filsafat akan sangat menguntungkan untuk umat
Islam apabila digunakan tepat guna. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
memperkuat keimanan kepada Tuhan, yaitu hati dan akal. Hati digunakan untuk
merasakan kehadiran Tuhan dan ketentraman lalu akal digunakan untuk memperkuat
alasan untuk mengimani Tuhan yang tampak. Ada beberapa hal memang yang tidak
bisa dirasionalkan dan itu wajib dipercayai sebagai kuasa Tuhan contohnya ialah
isra’ mi’raj. Sebuah perjalanan semalam yang sangat jauh dan hanya Abu
Bakar lah yang hanya mempercayai perjalanan itu sebagai bukti keyakinan beliau
terhadap kuasa Tuhan.
Mengutip dari cerita Nabi Ibrahim yang gelisah
atas siapa Tuhan sebenarnya, berawal dari kesanksian akan kekuatan dari berhala
yang merupakan buatan manusia, lalu mempercayai matahari, bulan, bintang. Dari pemikiran
dan penggunaan akal dan hati yang maksimal, Nabi Ibrahim mempercayai adanya
Tuhan yang absolut yang selalu hadir dalam kehidupan manusia walaupun tidak
nampak. Akan terasa aneh jika Tuhan menampakkan diri kepada manusia bentuk asli
Tuhan itu sendiri karena Tuhan haruslah berada diluar ruang dan waktu. Dengan keberadaan
Tuhan diluar ruang dan waktu menjadikan Tuhan itu abadi, perwujudan Tuhan yang
bisa dilihat ialah semua ciptaan yang telah Tuhan berikan kepada manusia.
contohnya ialah proses pembentukan manusia, alam semestas atau contoh
terkecilnya ialah bagaimana manusia dapat bernafas kalau bukan atas seizin
Tuhan.
Sebesar apapun manusia menyangkal keberadaan Tuhan,
manusia akan selalu mencari pembimbing dan pencipta yang absolut. Maka, dari
itu dibutuhkan akal yang dapat menterjemahkan kuasa Tuhan bagaimanapun keadaan
manusia, jika manusia menggunakan akal dan hati secara penuh maka akan menjadi
manusia yang sempurna. Dengan bantuan tafsir-tafsir yang ada, maka tak ada lagi
yang jadi alasan untuk manusia tidak merasionalkan agama.
Pengembangan akal yang didasarkan pada Agama
akan membentuk manusia yang selalu mengagungkan Tuhan dan meletakkan semua
masalah yang ada akan terasa ringan bersama Tuhan. Maka dengan membaca, manusia
dituntut untuk selalu mencerna semua yang ada dengan rasional tanpa
menyingkirkan Tuhan dalam pemikiranya. Jikalau memang manusia karena akalnya
menjadikanya jauh dari Tuhan, maka fungsi hati ialah mengembalikkan fungsi
sejati dari manusia sebagai hamba. Hati disini ialah cahaya yang diberikan oleh
Tuhan secara langsung sebagai benteng terakhir dan mengembalikan keadaan sejati
manusia sebagai hamba.
Seliar apapun pemikiran manusia dan sejahat
apapun manusia, diharapkan tetap melakukan satu kebaikan untuk tetap terhubung
dengan Tuhan. Namun akankah lebih baik apabila manusia menggunakan kualitas
akal yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk digunakan untuk menterjemahkan
firman Tuhan dan sebagai penghubung antar Tuhan kepada para semua makhluk. Bukan
berarti Tuhan membutuhkan manusia sebagai penindak dalam kuasa-Nya, tapi fungsi
manusia selain sebagai hamba fungsi manusia yang lain ialah sebagai eksekusi
dari keinginan Tuhan untuk tetap melakukan dan menyebarkan kebenaran.
Tidak mudah memang untuk menjalankan perintah
Tuhan untuk menjaga alam semesta berjalan sebagaimana mestinya (khalifah fil
ard), tapi setidaknya manusia selalu berada dalam jalan yang telah diatur
dan di ridhai Tuhan. Kalaupun tidak bisa melestarikan alam semesta, minimal
manusia tidak menzalimi diri sendiri dan orang lain. Akan menjadi tindakan yang
apik jika manusia menggunakan akal dan hati yang telah diberikan Tuhan sesuai
dengan titah dari Tuhan itu sendiri.
No comments