Keajaiban Ramadhan Hanya Mimpi sebulan
M.N. Permana-
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Kaum muslimin seluruh dunia menantikan dan merindukan satu bulan jakpot, di mana segala bentuk ibadah baik yang wajib maupun sunnah, serta amal kebaikan mendapat bonus point. Muslimin percaya bahwa pada bulan itu terkandung rahmat Allah yang besar, masyarakat berbondong–bondong melakukan kegiatan social. Mulai dari menyediakan ta’jil, bersedakah kepada orang miskin, membantu kegiatan kemasyarakatan, dan yang paling mengharukan adalah para pelajar dan perantau mendapat banyak rezeki dan bantuan.
Keajaiban lainnya adalah berkumpulnya manusia dalam satu tempat untuk merendah sujud kepada yang Maha kuasa, dari yang berjenggot mengenakan jubah, sampai yang muka sangar bertatto, dan mereka rukun. Fenomena ini anehnya hanya terjadi hanya saat Ramadhan, bahkan dalam serial TV yang saya nonton -“jendela SMP”- terdapat episode yang mengisahkan para preman yang menculik anak–anak gadis pesantren kilat, dalam situasi disekap oleh para preman ketika waktu sahur datang preman yang bertugas mengawasi para tahanan malah memberi makanan sahur pada mereka dan tentunya melepaskan ikatan mereka agar mereka bisa makan, tak bisa dipercaya adegan ini, preman memberi makanan sahur pada sandera? Yang benar saja. Meski hanya serial TV, namun ini menampakkan bahwa sang sutradara sangat terinspirasi dengan keajaiban Ramadhan yang tidak dipungkiri adegan itu bisa saja benar–benar terjadi.
Yap itulah bentuk rahmat Allah kepada seluruh manusia melalui saling berlombanya kaum muslimin dalam beramal di bulan jakpot ini, sungguh doktrin yang benar–benar mandarah daging dan luar biasa sehingga berdampak yang sangat luas bukan hanya orang islam saja, seluruh manusia merasakan dampaknya. Hanya satu bulan dalam setahun, semuanya berubah secara dramatis, pola hidup, struktur social, kegiatan masyarakat, dan agenda kemanusiaan lainnya. Kemudian muncullah premis, “andai bulan Ramadhan berjalan lebih lama, seperti enam bulan dalam setahun” itu sudah setara setengah bulan, atau “semoga waktu berlalu dengan cepat agar bisa kembali menikmati bulan Ramadhan” waktu akan selalu berjalan apa adanya tak ada kuasa manusia yang mampu mengubah kecepatannya apalagi menghentikan atau membalikkan rotasinya, kerinduan terhadapa Ramadhan pun meliputi setiap hati manusia yang mendamba ketenangan dan kedamaian. Kemudian muncullah pertanyaan, mengapa hanya pada bulan Ramadhan keajaiban ini terjadi? Apakah yang membuat Ramadhan begitu istimewa? Apakah kebaikan itu layaknya mimpi sebulan saja yang secara tiba-tiba kembali seperti biasa begitu Ramadhan telah usai?
Dalam Zubdatut tafsir min fathil qadhir karya syaikh Dr. Muhammad sulaiman al-asyqar menafsirkan ayat 183 surah Al-baqarah sbb:
- Dibuka dengan panggilan terhadap orang-orang yang beriman, konsekuensi terhadap manusia yang mengikrarkan diri sebagai orang beriman haruslah dibuktikan dengan memenuhi seluruh panggilan dari Allah terhadap mereka.
- Diwajibkan atas kamu berpuasa, bagaimana sikap antusias orang-orang beriman ummat nabi Muhammad dalam menyambut perintah Allah, jika dibandingkan dengan atusiasme orang beriman ummat agama lain.
- Sebagaimana telah diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, menandakan bagaimana besarnya kecintaan Allah terhadap amalan ini sehingga dijadikan syari’at kepada seluruh ummat.
- { لَعَلَّكُمْ } Lafazh لعل dalam ayat ini adalah untuk menjelaskan sebab, yakni puasa menjadi sebab kalian bertaqwa, dan dari sini qo'idah mufidah : bahwa lafazh ( لعل ) ketika datang setelah perintah maka dia menjelaskan sebab, sebagaimana firman Allah setelah ayat ini :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
- Romadhon merupakan madrasah taqwa, perhatikanlah bagaimana kata taqwa disebutkan diawal ayat dan di akhir ayat diantara ayat-ayat puasa; hal itu karena puasa menjadi salah satu hal yang paling agung untuk mewujudkan ketaqwaan dalam diri seorang hamba, maka hendaklah kita melihat bagaimana pengaruh puasa terhadap ketaqwaan kita kepada Allah baik dalam hal pendengaran dan penglihatan maupun ucapan.
Setelah membaca kandungan ayat
perintah puasa rasanya sangatlah wajar saja jika para ummat islam saling
berlomba untuk melakukan kebaikan dalam bulan Ramadhan ini. Semua orang
mempertaruhkan gelar keimanan mereka di sini, dalam sebuah ceramah tarawih saya
menyimak penjelasan yang amat menarik dari sang penceramah, kurang lebih
seperti ini “ketika Allah membuka suatu ayat dengan kata ‘wahai orang-orang
beriman’ maka itu adalah panggilan sacral untuk menguji diantara semua manusia
siapa yang merasa dirinya beriman.
Perhatikan lah baik-baik perintah
selanjutnya setelah kata ‘wahai orang-orang beriman’ karena di saat itulah
keimanan menjadi taruhannya, sebagaimana seorang pemimpin kaum musimin
dipanggil ‘wahai amirul mukminin!!’ maka saat itu tidak ada yang pantas untuk
menoleh kecuali pemimpin muslim, bagaimana jika ia tidak merespon? Saat itu
juga hilanglah wibawanya sebagai amirul mukminin. Maka keimanan sangatlah
sacral, butuh pengakuan untuk bisa dicap sebagai orang beriman, ingatlah kaum
muslimin!! Mengakui diri untuk beriman punya konsekuensi!! Yang apabila sudah
terlanjur berikrar dengan mengucapkan syadatain berarti sudah siap menanggung
konsekuensi keimanan. Apa konsekuensinya? Siap memenuhi seluruh panggilan Allah
dan rasul-Nya!!”
Sekarang mari
kita perhatikan, pada saat puasa, orang-orang menahan makan dan minum,
seharusnya warung makan mengalami kemunduran secara dramatis malah mendapat
banyak keuntungan, pasar yang harusnya sepi pembeli malah makin cepat habis
barangnya, penjual kaki lima yang harusnya berkurang karena kurangnya konsumen
malah meraja lela. Dan itu semua tidak terjadi diluar Ramadhan, ternyata
keajaiban tidak hanya terjadi pada bidang keagamaan saja, semua dapat merasakan
keajaibannya. Masyarakat yang harusnya kurang
energi saat sendang berpuasa malah makin rajin kerja bakti, bahkan sejak
subuh!!?? Seolah keegoisan hilang begitu saja sejak Ramadhan datang. Jika ada
waktu terbaik untuk membangun, mendidik, memberdayakan, maka Ramadhanlah
waktunya. Puasa bukan lah halangan, malah menjadi sumbernya.
No comments