Menakar Arah Gerakan Aktivis Feminis Masa Kini
Persoalan perempuan memang tidak ada
habis-habisnya dari dulu hingga sekarang. Cengkraman patriarki masih mengakar
kuat dikehidupan modern ini. Perempuan masih dalam bayang-bayang subordinasi
dan termarjinalkan. Walaupun dalam beberapa kesempatan perempuan sudah mulai
menunjukan kekuatannya. Akan tetapi, itu hanya sebagian kecilnya saja dari
aktivitas kehidupan masyarakat modern.Terbukti dengan sistem yang mengatur pola
kehidupan masih mengarahkan perempuan pada penindasan. Maraknya kasus kekerasan
seksual menjadi salah satu tolak ukur bahwa perjuangan perempuan dalam
mengusahakan keadilan gender belum selesai. Selain itu, perilaku lain yang
kemudian membentuk karakter perempuan sebagai manusia domestik masih
tergaungkan. Anggapan remeh tentang kualitas dan kapasitas perempuan masih
banyak terdengar.
Persoalan tersebut haruslah ditanggapi
dengan serius oleh gerakan perempuan ataupun orang yang peduli dengan keadilan.
Perlu adanya gagasan serta langkah segar dalam upaya mengurai persoalan di
atas. Perkembangan peradaban haruslah direspon dengan baik oleh gerakan
perempuan. Artinya gerakan perempuan haruslah paham alur gerakannya di masa
kini. Semangat perjuangannya tentu sangat berbeda dengan zaman sebelumnya.
Maka, analisis dan tindakan praksis harus dipahami benar oleh aktivis feminis.
Supaya arah geraknya tidak kabur dan stagnan pada posisi tertentu.
Pengarusutamaan keadilan gender layaknya
dialirkan dengan persuasif. Pembahasan mengenai teori-teori feminisme harus
digalakkan semassif mungkin. Teori-teori ini merupakan langkah tepat membangun
kesadaran kolektif tentang keadilan gender. Kesadaran kolektif perlu sekali
dibentuk karena tanpa hal ini pola gerakan pembebasan tidak bisa berjalan
maksimal. Sebuah gerakan pembebasan bisa dibilang maksimal ketika
pengorganisasian massa tercipta dengan baik dan solid. Maka diskursuf yang
provokatif dan menyulut semangat kebersamaan harus massif digerakkan.
Tidak berhenti pada langkah teoritis yang
mencakupi kajian toeritis saja. Magie Humm dalam bukunya ensiklopedi feminism
menyebutkan bahwa teori feminisme cukup penting untuk penyadaran tapi gerakan
praksisnya juga tidak kalah penting. Penguatan kajian teori feminism tidak akan
berguna ketika ranah praksisnya tidak digapai. Oleh karena itu, gerakan
perempuan tidak cukup jika hanya memfokuskan pada ranah kajian dan diskusi.
Aktivis feminism tentu memiliki tanggung jawab besar terhadap pengawalan
isu-isu yang menyangkut perempuan.
Bagaimana mungkin seorang aktivis feminis
hanya diam ketika di lingkungan sekitarnya terdapat penindasan terhadap
perempuan. Aktivis feminism harus bisa dan mampu untuk mengawal isu-isu yang
sedang terjadi. Jangan sampai aktivis feminism hanya cakap dalam berdialektika
dengan teori feminis tapi, ketika terjadi sebuah pelecehan seksual mereka
bingung melangkah. Dalam hal ini tentu mengarahkan pada diskursus yang meluas.
Kapasitas dan semangat pembebasan diuji dalam menghadapi fenomena ini.
Menyinggung masalah kapasitas dan kualitas
tentunya adalah hal wajar bukan lagi masalah epistimologis. Hal ini karena
cukup mendukung gerakan perempuan dalam menyelesaikan persoalan. Dikhawatirkan apabila
aktivis feminism hanya cakap dalam menggaungkan hak-haknya tapi, ketika diberi
kesempatan malah tidak memenuhinya. Dengan demikian para patriark malah tambah
memandang pegiat feminism lemah. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dan
kualitas sangatlah diperlukan. Karena itu adalah jawaban atas keraguan kaum-kaum
patriak terhadap perempuan.
Argumen diatas mungkin saja dirasa bias dan
malah cenderung menantang. Akan tetapi, realitas hari ini seperti itu. Melihat
wacana dalam buku ada “Serigala Betina Dalam Dalam Setiap Diri Perempuan”
Ester sang penulis menyatakan pengalaman pribadinya bahwa, keraguan untuk
melakukan penyelidikan dan pengawalan pada korban kekerasan seksual adalah
takut dianggap menyudutkan dan menyalahkan korban. Dari sini tentu aktivis
feminis harus paham terhadap korbannya. Perlu ilmu psikologi atau kebijaksanaan
yang lainnya untuk menangani sang korban. Hal inilah yang kemudian menjadi
bahasan utama bahwa, para aktivis feminis perlu mengembangkan kulitas dan
kapasitas dirinya. Supaya arus gerakan tetap terjaga dalam jalur yang
progresif.
Pada akhirnya, pola gerakan yang ideal bagi
aktivis feminisme adalah menyelami teori feminism dan mendistribusikan
kesadaran kolektif bagi lingkunganya. Setelah selesai mengenai penyadaran maka,
sudah menjadi kewajiban untuk selalu tanggap dalam menyikapi isu-isu
ketidakadilan gender. Untuk mencapai pola gerakan itu tentu memang butuh
kapasitas yang mumpuni. Maka, pengembangan kualitas diri wajib digeluti oleh
aktivis feminis hari ini. Perlu dicatat dan digaris bawahi kalau perlu ditebali
bahwa, keadilan gender bukan hanya diusahakan oleh kaum perempuan. Akan tetapi,
semua manusia sebagai upaya tanggung jawab terhadap Allah, sesama manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Kritik dan saran adalah kunci perubahan,
mengkritik artinya mau dan siap dikritik. Tulisan ini adalah refleksi penulis
dalam melihat gerakan aktivis feminism dari sudut yang terbatas. Atau mungkin
penulis masih terbiaskan oleh patriark. Maka, tulisan ini adalah pantikan
supaya gerakan feminism lebih progresif dan mampu meruntuhkan ego patriakis.
Abadi perjuangan!
No comments