Pentingnya Akal dalam Upaya Memahami Agama



Muhamad Fatkhul Huda-

Manusia secara nyata,yang membedakan dirinya dengan makhluk lain adalah kemampuan berpikirnya. Manusia diciptakan karena dibekali akal untuk berpikir sehingga manusia dapat menciptakan karya-karyanya. Karya-karya manusia dapat dilihat dalam segi sejarah,segi psikologis dan intelektual. Manusia juga dapat dilihat dari pendekatan teologisnya yang menerangkan bahwa pengetahuan pencipta dengan ciptaannya lebih lengkap dari pada pengetahuaan ciptaan tentang dirinya.

Berbicara manusia terdapat banyak cara pandang untuk menggambarkan manusia. Ada yang menggambarkan manusia adalah hewan yang berfikir (animal rational, Ada juga yang berpendapat bahwa manusia adalah animal symbolic karena manusia mengomunisasikan bahasanya. Manusia memang makhluk aneh karena manusia merupakan makhluk alami seperti halnnya binatang yang membutuhkan alam untuk bertahan hidup namun mempunyai kehendak diluar kebutuhanya. Manusia adalah makhluk yang sempurna dibanding makhluk lainnya karena selain dibekali hati manusia juga dibekali akal untuk berpikir. Sehingga segala perbuataan manusia seharusnya dilakukan atas dasar simpati dan berfikit terlebih dahulu. Maka dari itu manusia disebut makhluk yang berpikir. Manusia mempunyai kebebasan untuk berpikir mulai dari memikirkan perbuatannya,alam sekitarnya,asal usul manusia itu sendiri bahkan berpikir tentang Tuhan.

Kebebasan berpikir manusia dalam rangka memfungsikan akal pikirannya yang dimana hal itu menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk sempurna. Keberadaan akal yang diberikan Tuhan sebagai anugerah Tuhan kepada manusia dan manusia bebas berpikir dan bebas berkehendak. Kebebasan inilah yang digunakan manusia untuk mengungkap keberadaan sang pemberi akal yaitu Tuhan. Kebebasan ini tidak memiliki batas karena akan selalu dipikirkan manusia lain dan pembahsan-pembahasan tentang Tuhan akan menjadi perbincangan manusia terus-menerus. Disamping pembahasan tentang Tuhan, manusia mempunyai kebebasan berpikir tentang asal-usul kejadian sebelum terciptanya manusia dan alam semesta sampai kejadian yang belum dilalui manusia (masa depan). Kebebasan inilah yang menjadi kesenangan manusia untuk menggunakan akal, manusia tidak hanya berpikir tentang dirinya dan apa yang ada didalam dirinya namun juga memikirkan apa yang ada diluar dirinya meskipuun itu sulit untuk dijangkau manusia.

 

 Kegiatan berpikir secara bebas dan mendasar ini biasa disebut filsafat. Filsafat merupakan suatu ilmu yang dibangun untuk memaksimalkan fungsi akal manusia. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu philo berarti cinta dan shopie berarti kebijaksanaan. Bisa diartikan bahwa filsafat adalah mencintai kebijaksanaan atau mencari suatu kebenaran yang bijaksana bisa juga diartikan sebagai memikirkan sesuatu sampai ke akar-akarnya. Dalam kedudukannya sebagai ilmu, filsafat merupakan suatu cara untuk mendapat informasi atau pengetahuan melalui akal. 

Sebagai sebuah ilmu, filsafat  belum tentu bisa diterima oleh semua pihak pasti ada pro dan kontra dalam menanggapi itu. Dalam menanggapi ilmu ini para ulama mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Banyak ulama yang berpendapat bahwa filsafat itu haram untuk dipelajari tetapi banyak juga ulama yang memperbolehkan filsafat. Dari pernyataan ulama yang mengharamkan filsafat, karena mereka beranggapan bahwa filsafat dapat menggugurkan aqidah seorang muslim dikarenakan dalam berfilsafat manusia menggunakan akal untuk mencari Tuhan. Sedangkan Tuhan sangat sulit untuk dipikirkaan secara rasional.

 Berbeda lagi dengan ulama yang memperbolehkan filsafat mereka beranggapan bahwa untuk mencapai pemahaman tentang sesuatu kita harus berfilsafat. Bahkan dalam beragamapun manusia harus berfilsafat. Perbedaan pendapat ini membuat sebuah perdebatan yang sulit terhindarkan. Ada yang menyebut filsafat bertentangan dengan agama ada juga yang berpendapat fisafat dibutuhkan dalam beragama. Perbedaan pendapat itu memunculkan sebuah pertanyaan “Adakah hubungan antara Filsafat dengan Agama?”.

Kedudukan filsafat sendiri adalah sebuah ilmu pengetahuan. Dalam fungsinya ilmu pengetahuan sendiri adalah sebagai suatu pencerah bahkan menjadi suatu kekuatan atau dasar dalam melakukan suatu hal. Ilmu pengetahuan juga mempunyai andil dalam menciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan seperti halnya dalam penciptaan teknologi semacam laptop,hp,motor,dll. Selain itu ilmu pengetahuan juga melatih hardskill manusia. Sedangkan fungsi agama sebagai pemberi cinta,harapan,dan kehangatan dalam hal ini agama memberikan kedamaian,kerukunan,dan kekeluargaan. Selain itu agama juga menjadi suatu aturan atau pedoman dalam menjalani kehidupan. Agama juga turut andil dalam melatih softskill manusia dan agamapun juga membawa revolusi batin karena  agamalah yang dapat mendekatkan manusia pada Tuhannya.

Melihat fungsi dari aspek filsafat dan agama dapat dikatakan bahwa kedua elemen tersebut berjalan secara beriringan. Karena agama tanpa filsafat akan mengalami kerancuan dan penurunan akal. Seperti halnya cahaya tanpa jalan sehingga menyebabkan kebingungan dalam memfungsikan cahaya itu. Lalu, filasafat tanpa agama jalan tanpa cahaya maka manusia tersebut akan tersesat. Dalam hal ini, jika penafsiran kitab suci (al-Quran) hanya berdasarkan teks tanpa adanya ilmu pengetahuan maka akan terjadi kerancuan. Contoh, penetapan 1 Ramadhan jika hanya menganut al-Quran dan Hadits maka akan terjadi kebingunan karena pernglihatan Hilal tidak ditentukan oleh al-Quran dan Hadits, maka ketetapan penglihatan Hilal juga harus diperhitungkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain bukan dengan dogma saja.

Sebaliknya jika filsafat tanpa agama maka akan mengalami kebebasan akal yang tak terkendali. Jika berfilsafat tanpa pedoman agama maka manusia bisa memungkiri kodratnya sebagai hamba yang berketuhanan. Seperti yang terjadi pada masa skolastik, disini akal bertingkah begitu bebas dikarenakan masa ini bisa disebut sebagai masa balas dendam atas masa kegelapan. Akibatnya pada masa ini terlahirnya suatu pemikiran yang menganggap bahwa Tuhan telah mati. Hal ini sangat bertentangan dengan kodrat manusia sebagai hamba.

Melihat dari masalah di atas alangkah baiknya filsafat dan agama sejalan untuk mejalani kehidupan. Seperti halnya yang dicontohkan Al-Kindi  yang menyelaraskan dan menganganggap filsafat itu penting untuk menggali agama lebih dalam. Al-Kindi mengungkapkan bahwa dalam memehami Al-Quran yang benar adalah dengan menafsirkannya secara rasional bahkan  filosofis. Dalam pemikrian Al-Kindi filsafat itu sebuah kebutuhan sebagai sarana berpikir ,bukan sesuatu yang aneh. Metodenya dalam menegaskan filsafat pada orang yang fanatik agama yaitu dengan dialetktika dan menanyakan “filsafat itu perlu atau tidak?”. Dalam kegiatan ini Al-Kindi meminta jawaban berserta alasannya tentang filsafat itu perlu atau tidak. Secara tidak langsung ini adalah suatu kegiatan berfilsafat sehingga membuktikan bahwa filsafat itu penting dan tidak dapat dihindari sebagai proses berpikir. Menurut Al-Kindi meskipun filsafat dan agama berbeda jalan tetapi memiliki tujuan yang sama. Tujuan dari kedua aspek itu adalah mendorong manusia untuk mencapai kehidupan moral yang lebih tinggi dan mencapai kebenaran yang tertinggi yaitu Tuhan. Akan tetapi, Al-Kindi menyatakan bahwa ilmu filsafat dibawah ilmu kenabian dan ketuhanan hal ini dikarenakan kehati-hatian Al-Kindi dalam menghadapi masalah ini.

Dalam menerapakan filsafat dan agama Al-Kindi dengan memberikan makna alegoris(takwil) terhadap teks-teks yang secara tekstual tidak selaras dengan pemikiran rasional-filosofis. Seperti halnya Al-Kindi dalam menerangkan Q.S Ar-rahman : 6 yang artinya “Dan tetumbuhan dan pepohonan,keduannya sujud kepada-Nya”. Dalam ayat itu Al-Kindi mentakwil  sujudnya tetumbuhan dan pepohonan berarti suatu cara mematuhi perintah Allah, bukan seperti sujud seperti dalam sholat. Menurut Al-Kindi semua yang disampaikan oleh Rasul dan Allah itu benar adanya dan dapat diterima secara nalar sehingga pertentangan antara filsafat dengan agama itu tidak ada. Pertentangan itu hanya dikarenakan kesalah-pahaman orang dalam memamhami Al-Quran itu sendiri.

Maka dari itu setelah memahami pembahasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat dan agama haruslah beriringan karena elemen ini harus saling melengkapi. Kedua aspek ini harus berimbang dan tidak boleh berat sebelah karena jika terjadi kepincangan akan berakibat fatal. Dengan ini belajar filsafat juga harus diimbangi dengan ilmu agama. Dalam berfilsafat harus ada pedomannya yaitu agama karena pemikiran yang bebaspun pasti ada koridor yang harus dipenuhi. Juga sebaliknnya dalam beragama kita harus berfilsafat untuk mendalami agama yang telah dipercayai dengan kata lain berfilsafat untuk memperdalam agama, Albert Einsten mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”. Jadi anggapan bahwa filsafat menyesatkan adalah pemikiran yang terlalu dangkal. Filsafat itu tidak sesat karena dengan filsafat manusia mampu menjadi makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya.

 

Pentingnya Akal dalam Upaya Memahami Agama Pentingnya Akal dalam Upaya Memahami Agama Reviewed by Admin Nomizo.co on Friday, March 31, 2023 Rating: 5

No comments

Related Posts No. (ex: 9)