Pentingnya Akal dalam Upaya Memahami Agama
Manusia secara
nyata,yang membedakan dirinya dengan makhluk lain adalah kemampuan berpikirnya.
Manusia diciptakan karena dibekali akal untuk berpikir sehingga manusia dapat
menciptakan karya-karyanya. Karya-karya manusia dapat dilihat dalam segi
sejarah,segi psikologis dan intelektual. Manusia juga dapat dilihat dari
pendekatan teologisnya yang menerangkan bahwa pengetahuan pencipta dengan
ciptaannya lebih lengkap dari pada pengetahuaan ciptaan tentang dirinya.
Berbicara manusia terdapat
banyak cara pandang untuk menggambarkan manusia. Ada yang menggambarkan manusia
adalah hewan yang berfikir (animal rational, Ada juga yang berpendapat
bahwa manusia adalah animal symbolic karena manusia
mengomunisasikan bahasanya. Manusia memang makhluk aneh karena manusia
merupakan makhluk alami seperti halnnya binatang yang membutuhkan alam untuk
bertahan hidup namun mempunyai kehendak diluar kebutuhanya. Manusia adalah
makhluk yang sempurna dibanding makhluk lainnya karena selain dibekali hati
manusia juga dibekali akal untuk berpikir. Sehingga segala perbuataan manusia
seharusnya dilakukan atas dasar simpati dan berfikit terlebih dahulu. Maka dari
itu manusia disebut makhluk yang berpikir. Manusia mempunyai kebebasan untuk
berpikir mulai dari memikirkan perbuatannya,alam sekitarnya,asal usul manusia
itu sendiri bahkan berpikir tentang Tuhan.
Kebebasan berpikir manusia
dalam rangka memfungsikan akal pikirannya yang dimana hal itu menjadi bukti
bahwa manusia adalah makhluk sempurna. Keberadaan akal yang diberikan Tuhan
sebagai anugerah Tuhan kepada manusia dan manusia bebas berpikir dan bebas
berkehendak. Kebebasan inilah yang digunakan manusia untuk mengungkap
keberadaan sang pemberi akal yaitu Tuhan. Kebebasan ini tidak memiliki batas
karena akan selalu dipikirkan manusia lain dan pembahsan-pembahasan tentang
Tuhan akan menjadi perbincangan manusia terus-menerus. Disamping pembahasan
tentang Tuhan, manusia mempunyai kebebasan berpikir tentang asal-usul kejadian
sebelum terciptanya manusia dan alam semesta sampai kejadian yang belum dilalui
manusia (masa depan). Kebebasan inilah yang menjadi kesenangan manusia untuk
menggunakan akal, manusia tidak hanya berpikir tentang dirinya dan apa yang ada
didalam dirinya namun juga memikirkan apa yang ada diluar dirinya meskipuun itu
sulit untuk dijangkau manusia.
Kegiatan berpikir
secara bebas dan mendasar ini biasa disebut filsafat. Filsafat merupakan suatu
ilmu yang dibangun untuk memaksimalkan fungsi akal manusia. Kata filsafat
berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu philo berarti cinta
dan shopie berarti kebijaksanaan. Bisa diartikan bahwa
filsafat adalah mencintai kebijaksanaan atau mencari suatu kebenaran yang
bijaksana bisa juga diartikan sebagai memikirkan sesuatu sampai ke
akar-akarnya. Dalam kedudukannya sebagai ilmu, filsafat merupakan suatu cara
untuk mendapat informasi atau pengetahuan melalui akal.
Sebagai sebuah ilmu,
filsafat belum tentu bisa diterima oleh semua pihak pasti ada pro
dan kontra dalam menanggapi itu. Dalam menanggapi ilmu ini para ulama mempunyai
pandangan yang berbeda-beda. Banyak ulama yang berpendapat bahwa filsafat itu
haram untuk dipelajari tetapi banyak juga ulama yang memperbolehkan filsafat.
Dari pernyataan ulama yang mengharamkan filsafat, karena mereka beranggapan
bahwa filsafat dapat menggugurkan aqidah seorang muslim dikarenakan dalam
berfilsafat manusia menggunakan akal untuk mencari Tuhan. Sedangkan Tuhan
sangat sulit untuk dipikirkaan secara rasional.
Berbeda lagi dengan
ulama yang memperbolehkan filsafat mereka beranggapan bahwa untuk mencapai
pemahaman tentang sesuatu kita harus berfilsafat. Bahkan dalam beragamapun
manusia harus berfilsafat. Perbedaan pendapat ini membuat sebuah perdebatan
yang sulit terhindarkan. Ada yang menyebut filsafat bertentangan dengan agama
ada juga yang berpendapat fisafat dibutuhkan dalam beragama. Perbedaan pendapat
itu memunculkan sebuah pertanyaan “Adakah hubungan antara Filsafat dengan
Agama?”.
Kedudukan filsafat sendiri
adalah sebuah ilmu pengetahuan. Dalam fungsinya ilmu pengetahuan sendiri adalah
sebagai suatu pencerah bahkan menjadi suatu kekuatan atau dasar dalam melakukan
suatu hal. Ilmu pengetahuan juga mempunyai andil dalam menciptakan peralatan
dan mempercepat laju kemajuan seperti halnya dalam penciptaan teknologi semacam
laptop,hp,motor,dll. Selain itu ilmu pengetahuan juga melatih hardskill manusia.
Sedangkan fungsi agama sebagai pemberi cinta,harapan,dan kehangatan dalam hal
ini agama memberikan kedamaian,kerukunan,dan kekeluargaan. Selain itu agama
juga menjadi suatu aturan atau pedoman dalam menjalani kehidupan. Agama juga
turut andil dalam melatih softskill manusia dan agamapun juga
membawa revolusi batin karena agamalah yang dapat mendekatkan
manusia pada Tuhannya.
Melihat fungsi dari aspek
filsafat dan agama dapat dikatakan bahwa kedua elemen tersebut berjalan secara
beriringan. Karena agama tanpa filsafat akan mengalami kerancuan dan penurunan
akal. Seperti halnya cahaya tanpa jalan sehingga menyebabkan kebingungan dalam
memfungsikan cahaya itu. Lalu, filasafat tanpa agama jalan tanpa cahaya maka
manusia tersebut akan tersesat. Dalam hal ini, jika penafsiran kitab suci
(al-Quran) hanya berdasarkan teks tanpa adanya ilmu pengetahuan maka akan
terjadi kerancuan. Contoh, penetapan 1 Ramadhan jika hanya menganut al-Quran
dan Hadits maka akan terjadi kebingunan karena pernglihatan Hilal tidak
ditentukan oleh al-Quran dan Hadits, maka ketetapan penglihatan Hilal juga
harus diperhitungkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain bukan dengan dogma
saja.
Sebaliknya jika filsafat
tanpa agama maka akan mengalami kebebasan akal yang tak terkendali. Jika
berfilsafat tanpa pedoman agama maka manusia bisa memungkiri kodratnya sebagai
hamba yang berketuhanan. Seperti yang terjadi pada masa skolastik, disini akal
bertingkah begitu bebas dikarenakan masa ini bisa disebut sebagai masa balas
dendam atas masa kegelapan. Akibatnya pada masa ini terlahirnya suatu pemikiran
yang menganggap bahwa Tuhan telah mati. Hal ini sangat bertentangan dengan
kodrat manusia sebagai hamba.
Melihat dari masalah di
atas alangkah baiknya filsafat dan agama sejalan untuk mejalani kehidupan.
Seperti halnya yang dicontohkan Al-Kindi yang menyelaraskan dan
menganganggap filsafat itu penting untuk menggali agama lebih dalam. Al-Kindi
mengungkapkan bahwa dalam memehami Al-Quran yang benar adalah dengan
menafsirkannya secara rasional bahkan filosofis. Dalam pemikrian
Al-Kindi filsafat itu sebuah kebutuhan sebagai sarana berpikir ,bukan sesuatu
yang aneh. Metodenya dalam menegaskan filsafat pada orang yang fanatik agama
yaitu dengan dialetktika dan menanyakan “filsafat itu perlu atau tidak?”. Dalam
kegiatan ini Al-Kindi meminta jawaban berserta alasannya tentang filsafat itu
perlu atau tidak. Secara tidak langsung ini adalah suatu kegiatan berfilsafat
sehingga membuktikan bahwa filsafat itu penting dan tidak dapat dihindari
sebagai proses berpikir. Menurut Al-Kindi meskipun filsafat dan agama berbeda
jalan tetapi memiliki tujuan yang sama. Tujuan dari kedua aspek itu adalah
mendorong manusia untuk mencapai kehidupan moral yang lebih tinggi dan mencapai
kebenaran yang tertinggi yaitu Tuhan. Akan tetapi, Al-Kindi menyatakan bahwa
ilmu filsafat dibawah ilmu kenabian dan ketuhanan hal ini dikarenakan
kehati-hatian Al-Kindi dalam menghadapi masalah ini.
Dalam menerapakan filsafat
dan agama Al-Kindi dengan memberikan makna alegoris(takwil) terhadap teks-teks
yang secara tekstual tidak selaras dengan pemikiran rasional-filosofis. Seperti
halnya Al-Kindi dalam menerangkan Q.S Ar-rahman : 6 yang artinya “Dan
tetumbuhan dan pepohonan,keduannya sujud kepada-Nya”. Dalam ayat itu Al-Kindi
mentakwil sujudnya tetumbuhan dan pepohonan berarti suatu cara
mematuhi perintah Allah, bukan seperti sujud seperti dalam sholat. Menurut
Al-Kindi semua yang disampaikan oleh Rasul dan Allah itu benar adanya dan dapat
diterima secara nalar sehingga pertentangan antara filsafat dengan agama itu
tidak ada. Pertentangan itu hanya dikarenakan kesalah-pahaman orang dalam
memamhami Al-Quran itu sendiri.
Maka dari itu setelah
memahami pembahasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
filsafat dan agama haruslah beriringan karena elemen ini harus saling
melengkapi. Kedua aspek ini harus berimbang dan tidak boleh berat sebelah
karena jika terjadi kepincangan akan berakibat fatal. Dengan ini belajar
filsafat juga harus diimbangi dengan ilmu agama. Dalam berfilsafat harus ada
pedomannya yaitu agama karena pemikiran yang bebaspun pasti ada koridor yang
harus dipenuhi. Juga sebaliknnya dalam beragama kita harus berfilsafat untuk
mendalami agama yang telah dipercayai dengan kata lain berfilsafat untuk
memperdalam agama, Albert Einsten mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama
tanpa ilmu lumpuh”. Jadi anggapan bahwa filsafat menyesatkan adalah
pemikiran yang terlalu dangkal. Filsafat itu tidak sesat karena dengan filsafat
manusia mampu menjadi makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya.
No comments