Tulisan Rusak
Ilham Faisabrun Zjamiil-
Kemampuan
manusia yang diberikan Tuhan ialah rahmat karunia terbesar bagi manusia,
kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat di lingkungan baru menjadikan manusia
mampu mengeksplor dirinya lebih jauh, bahkan manusia dapat menemukan inside
baru untuk dirinya dan orang lain. Maka tak menjadi alasan untuk manusia selalu
bertumbuh dimanapun ia berada.
Dalam setiap
tempat akan membentuk karakter yang berbeda-beda, karakter terbentuk dari didikan
orang tua, lingkungan, pergaulan dll. Maka tak ayal karakter manusia yang
begitu heterogen membuat manusia menjadi lebih menyenangkan untuk di pelajari.
Suatu hal yang perlu diketahui ialah, pengenalan diri sendiri perlu diutamakan
sebelum melihat atau menganalisa karakter manusia lain. Terlihat naif jika
manusia menilai orang lain namun tidak tau dirinya sendiri.
Dalam dunia
tasawuf sendiri, mengenal diri sendiri lebih utama sebelum mengenal Tuhan.
Mengutip dari puisi dari Jalaludin Rumi Jangan puas dengan kisah-kisah. Tentang apa yang telah terjadi dengan orang lain.
Sibak mitos dirimu sendiri. Kenali dirimu, alami sendiri, agar kau kenali Tuhanmu. Mengenali diri sendiri disini ialah
meliputi segala aspek, tubuh, hakikat, ruh, akal, nafsu.
Mengenali
latar belakang dan bagaimana cara pandang hidup masing-masing diri menjadi
jalan pertama yang dapat dilakukan. Secara singkat melakukan instropeksi diri
secara terus menerus agar selalu membenahi diri setiap waktu dan tak ada waktu
untuk mencela orang lain.
Hal
konkrit yang bisa dilakukan ialah bagaimana jika kita diperlakukan oleh orang
lain dan bagaimana reaksi kita. Contoh, jika ada omongan yang kurang enak
terhadap kita, reaksi apa yang kita timbulkan. Apakah akan mengcounter omongan
itu, mendiamkan saja atau yang lain.
Lalu memperhitungkan konsekuensi dari setiap tindakan kita terhadap
orang lain, itu akan sangat berpengaruh bagi diri kita di mata orang lain.
Orang
lain hanya akan menilai diri kita hanya pada apa yang tampak (perilaku) bukan
pada apa yang tak tampak (isi hati), maka jangan salahkan orang lain jika
mereka tidak mengerti dengan apa yang tak kita perbuat dan ucap. Dari
tindakan-tindakan kita ke orang lain, reaksi kita akan menghadapi suatu masalah
adalah kunci bagi kita untuk selalu menginstropeksi.
Namun
ada sisi aneh dari manusia pula, instropeksi diri yang dilakukan terkadang tak
membuahkan hasil. Maksudnya ialah terkadang kita menginstropeksi diri akan
suatu kejadian, apakah itu menyakiti hati orang lain atau tidak, membuat
bahagia orang lain atau tidak itu tak berjalan lama. Kata-kata “ aku kayaknya
salah deh kalau berbuat atau berucap seperti ini” itu hanya sekejap saja, dan
nampak akan diulangi di lain waktu.
Maka
setelah adanya instropeksi untuk memahami diri sendiri perlu dilakukan istiqomah
bagaimana cara kita bersikap ke orang lain. Memahami diri apakah introvert, ekstrovert
bahkan ambivert itu diperlukan karena ketiganya memiliki treatment yang
berbeda-beda, dan menimbulkan sikap atau reaksi berbeda saat dengan orang lain
atau saat menangani masalah sendiri. Setelah kita paham bagaimana seluk beluk
tentang diri sendiri, maka kita tidak akan mudah menjustifikasi orang lain atau
minimal saat orang lain bercerita tentang masalahnya, tidak menjadi ajang “adu
nasib”.
No comments