Alur Cerita Seribu Makna
Ira Setia Lestari-
Dipojok kamar depan jendela sembari menikmati riuh angin bergemuruh dimalam hari yang seolah sedang bertengkar. Begitu pula yang saat ini ada pada isi kepala Perempuan itu. Entah beban semacam apa yang sedang ia pikul, atau mungkin memikirkan masa depan yang tak kunjung datang apabila tidak segera di jemput, ataukah memikirkan isu capres yang masih simpang siur. Berpikir tentang dunia memang tiada habisnya. Namun, pikiran rasa cemas mengenai hal yang akan datang sejatinya tidak dapat dialihkan. Setiap manusia memang memiliki alur ceritanya masing-masing. Ada kalanya naik turun, tinggi rendah, dalam dangkal, curam terjal, dan semacamnya. Begitu pula dengan iman yang ada dalam hati setiap orang.
Yang
sedari awal sudah terbiasa untuk selalu dekat dengan-Nya, rasa itu akan sangat
berbeda ketika kata "Jauh" mulai menyertai. Entah mengapa, dimana
rasa jenuh dengan beribadah, mulai malas, dan rasa jauh dari Allah SWT, siklus
tersebut akan selalu berulang dalam fase kehidupan. Tidak tau mengapa hal tersebut
sering terjadi, atau mungkin karena iman yang kurang terdalami. Jujur saja,
Kita memang bukan seorang yang pandai mengenai ilmu agama dan bukan
seorang yang senantiasa taat dalam melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Hanya saja Kita dapat merasakan ketika rasa jauh dari Allah SWT
itu hinggap dalam diri, terlebih lagi disibukkan dengan berbagai aktivitas dan
lelah dengan kegiatan yang dilakukan dalam keseharian.
Semua
yang dirasa baik-baik saja, semakin lama akan semakin terasa nyata dalam setiap
situasi. "Ah sudahlah", kata tersebut sering terlintas dalam pikiran
ketika rasa lengah mulai ada dalam diri. Setiap orang pastinya pernah atau
bahkan cukup sering dalam fase dimana ketika sedang dalam proses taat dan ingin
dekat, timbul rasa lengah, lelah, lemah, kemudian jauh. Ketika fase tersebut
pernah terjadi, entah mengapa hal tersebut terulang kembali, layaknya seperti
candu yang tiada henti. Namun, sayang sekali candu tersebut tidaklah baik, baik
bagi kehidupan yang sedang dijalani ataupun di masa mendatang yang kelak dalam
pertanggung jawaban di akhirat kelak. Berusaha untuk memperbaiki, namun apabila
tidak diniati dengan sungguh-sungguh semua itu akan luruh kembali. Memang
benar, memperbaiki suatu hal yang sudah hampir punah itu tidak mudah. Namun dengan
tekad dan keinginan yang kuat, semua itu dapat terlaksana sesuai dengan apa
yang di ilusikan.
Introspeksi
diri memang penting dan sangat dibutuhkan ketika rasa jauh ada lagi, entah
dimulai dari mana rasa introspeksinya. Sejauh mana telah lemah iman dan rasa
malas menyertai, namun semua yang sudah terjadi tidak dapat diulang kembali,
akan tetapi bisa diperbaiki. Seperti cuitan seseorang di Twitter "Terima
apa yang sudah terjadi, ikhlaskan apa yang tidak boleh diubah, betulkan apa
yang masih boleh diperbaiki". Saat ini, kita memang sedang dalam proses
menikmati kehidupan yang fana ini dalam fase puncak kesenangan yang tiada batas
dan dengan suatu kenikmatan yang menjadikan kita lupa dengan Tuhan yang telah
memberikan semua itu dan merestui akan hal tersebut bisa terjadi.
No comments