Intelektual, Keunggulan Kompetitif Suatu Organisasi
Adilya Hakim Hakiki-
Organisasi
merupakan suatu perkumpulan yang mempunyai visi dan misi tertentu. Suatu
organisasi dalam melakukan arah geraknya tergantung capaian dan sasaran
kemanfaatan. Organisasi politik akan fokus pada tujuannya untuk mencetak
kadernya sebagai politikus. Organisasi kemasyarakatan akan fokus pada tujuannya
untuk mengabdikan diri untuk menyejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan
organisasi yang lingkup geraknya dilakukan oleh para akademisi, maka penggunaan
intelektual adalah misi dalam pembentukkan kadernya untuk mencapai visi
organisasi tersebut.
Bermacam
organisasi dari berbagai kalangan yang mencakup aspek luas seringkali mempunyai
kompetensi menonjol yang biasanya dilihat dari track record atau rekam
jejak pencapaian suatu organisasi tersebut. Sehingga hal ini yang menjadikan
suatu organisasi tersebut memiliki keunggulan kompetitif dari organisasi lain.
Namun, dari berbagai keunggulan kompetitif suatu organisasi pasti akan didasari
dengan adanya aspek inteletual sebagai latar belakang organisasi tersebut.
Intelektual
Adalah Kunci
Dalam
hal ini semua organisasi pasti berdiri dengan kokoh atas dasar intelektual.
Intelektual merupakan kemampuan atau kompetensi seseorang berpikir jernih
berdasarkan pengetahuannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Seseorang
yang berintelektual pasti mempunyai kecerdasan dan akal tentang suatu gagasan.
Orang yang berintelektual seringkali dikatakan orang yang cerdas atau cendekiawan,
hal ini dikarenakan pandainya mereka dalam mengklasifikasi atau
mengkategorisasikan, memahami sebab akibat, dan pandai membuat hipotesis.
Karena sikap yang dimiliki oleh para intelektual atau cendekiawan ini,
seringkali kehidupannya menjadi terarah, rasional dan efektif. Jadi, bukan
sebuah tanda tanya jika "intelektual" merupakan keunggulan kompetitif
suatu organisasi. Karena dengan adanya kharisma intelektual di suatu organisasi
maka akan tercapai suatu visi organisasi tersebut.
Lalu bagaimana jika
suatu organisasi "dirasa" belum mempunyai kharisma intelektual di
dalamnya?
Menumbuhkan
dan Menyuburkan Inovasi
Seperti
yang kita ketahui, intelektual sangat berhubungan erat dengan pengetahuan.
Pengetahuan adalah bagian dari sumber daya yang bisa dioptimalkan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif. Adanya pengetahuan juga akan menumbuhkan
inovasi dalam menyelesaikan situasi atau masalah, yang mana munculnya inovasi
memerlukan kecepatan dan keakuratan tinggi serta kebiasaan untuk memperolehnya.
Inovasi mudah saja diperoleh anggota
organisasi jikalau seringkali menyuburkan keberadaan pengetahuan dengan budaya
belajar dalam organisasi. Hubungan antara budaya belajar-pengetahuan-intelektual-inovasi
sangat erat kaitannya. Semakin sering melakukan budaya belajar maka akan
meningkatkan pengetahuan, dan seiring dengan meningkatnya pengetahuan maka kharisma
intelektual dan jiwa inovasi juga linear berkembang.
Dengan
budaya belajar dalam hal ini evaluasi, maka suatu organisasi akan belajar dari
kesalahan, bagian yang salah dan cara memperbaikinya. Sehingga tercapai dengan tidak
adanya pengulangan kesalahan yang sama dan berakhir dengan adanya solusi yang
baru dalam memecahkan persoalan. Seperti hal nya kutipan dari Albert Einsten
“Kegilaan adalah melakukan hal yang sama terus menerus, tetapi mengharapkan
hasil yang berbeda”, artinya jika suatu organisasi memecahkan permasalahan yang
sama dengan cara yang sama, maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersbut tidak
mempunyai aspek maupun kharisma inteletual dan jiwa inovasi.
Tanpa
evaluasi tidak ada proses belajar, dan tanpa proses belajar yang terjadi
hanyalah repetisi kegagalan. Maka untuk mencapai organisasi yang unggul dan
kompetitif diperlukan adanya proses evaluasi dan belajar untuk menumbuhkan jiwa
inovasi dan menyuburkan kharisma intektual.
No comments