Neng, Ning, Nung, Nang (Dari Bunyi Gamelan Menuju Manusia Tangguh)

 

Muhamad Fatkhul Huda-

            Berbicara mengenai pemikiran dan karya intelektual, sebagai orang jawa janganlah berkecil hati dahulu. Sebab tidak butuh waktu yang sebentar untuk menyelami karya intelektual tokoh-tokoh jawa. Sebenarnya banyak sekali karya yang lahir dari pikiran tokoh-tokoh jawa waktu itu. Corak pemikiran yang dilahirkan beraneka ragam dari masalah kepemimpinan hingga moralitas sudah tertuang dalam konsepsi yang baku. Tidak sedikit raja-raja jawa yang dalam hidupnya menggoreskan karya intelektual. Para priyayi juga tak kalah ciamik dalam menuangkan pikirannya menjadi karya-karya besar. Bahkan petani-petani juga mampu memberikan pemaknaan filosofis terhadap suatu hal walaupun tidak berbentuk suatu tulisan. Semua itu terdeteksi dalam karya luhur yang diturunkan lisan ke lisan.

            Bagi masyarakat jawa semua yang ada dalam kehidupan memiliki makna tersendiri. Makna itu harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, gentong air yang terletak di depan rumah orang jawa dulu punya maksud dan tujuan tersendiri. Hal terebut berkaitan dengan pitutur yen arep mlebu omah wijik, ben sawane podo lungo ( kalau mau masuk rumah cuci tangan dulu, supaya hal buruknya hilang). Sekilas pitutur tersebut bernada mitos dan terasa biasa saja untuk dilakukan. Namun, dibalik itu ada makna yang tersirat di dalamnya. Terbukti waktu pandemic COVID-19, sebelum masuk rumah semua orang disuruh cuci tangan agar virus Corona tidak terbawa masuk ke dalam rumah. Hal inilah yang dipesankan oleh para sesepuh jawa dahulu kala.

            Masalah gentong air hanyalah satu dari banyaknya makna filosofis yang dimiliki oleh orang jawa. Masyarakat jawa punya keunikan dalam menyampaikan pesan pemikiran yang dimilikinya. Pada kesempatan ini kita akan coba bahas mengenai makna bunyi neng-ning-nung-nang-gung. Bunyi ini merupakan suatu bunyi yang dihasilkan dari tabuhan gamelan. Menarik sekali bahwa, dari bunyi gamelan saja orang jawa berusaha untuk memberikan pesan luar biasa. Pesan apa yang ingin disampaikan oleh orang jawa melalui bunyi gamelan ini?  Mari kita bedah satu-persatu maknanya.

Neng

            Neng merupakan potongan dari kata meneng yang memiliki arti diam. Menjadi manusia terkadang perlu diam di tengah kehidupan dunia yang ramai ini. Mungkin dalam keseharian kita sudah terlalu aktif dalam menjalani hidup. Banyak aktivitas yang dilalui baik itu pikiran, perasaan, perkataan, maupun perbuatan. Aktivitas dunia tentunya membuat manusia merasa lelah dan letih. Oleh karena itu, perlu kalanya kita sebagai manusia berhenti sejenak dari keaktifan dalam menjalani hidup. Sesekali perlu menarik diri dari hiruk pikuk dunia yang tidak lelah berhenti berputar. Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai seorang raja seringkali memperoleh ide-ide kreatif ketika sedang santai, menyendiri, dan berdzikir, Baca buku Sri sultan Hamengkubuwono IX Inspirasi dari sang pemimpin rakyat. Oleh karena itu, meneng atau diam perlu sekali diterapkan dalam kehidupan. Jangan aktif terus sesekalilah berdiam untuk mengumpulkan ombak lalu terjanglah rintangan yang menghadang.

Ning

Ning berasal dari kata wening yang berarti bening atau jernih. Seseorang yang sudah mampu melakukan meneng atau berdiam diri akan tiba waktunya dia menemui kejernihan. Suatu kejernihan bisa didapatkan ketika seseorang mampu melepaskan semua embel-embel dari dirinya. Artinya tidak ada lagi hal yang menutupi dan mengganggu sehingga ia mampu meraih keluasan lahir dan batin. Kadangkala seseorang yang masih terbebani sesuatu akan sangat sulit untuk mengkonstruksi sesuatu. Ketika ada masalah yang datang seseorang pasti akan gelap hati dan pikirannya. Dia pasti akan merasa suntuk dan sulit untuk mendapatkan solusi karena banyak yang menghalangi. Oleh karena itu, berdiam diri untuk melepaskan sejenak bisa dilakukan agar kejernihan berpikir bisa tercapai.

Nung

Nung disini merupakan kata yang berasal dari Hanung atau terpilih. Seseorang yang sudah mampu menyelesaikan misi berdiam dan memperoleh kejernihan akan mencapai titik ini. Dia adalah orang yang terpilih. Seseorang yang sudah Hanung berarti ia sudah dipilih karena kejernihan yang ia punya. Artinya orang yang sudah mampu mencapai hanung memiliki jiwa yang besar. Hal tersebut bisa dilihat karena ia mampu menanggalkan ego dengan menengnya. Karena penanggalan egolah ia mencapi kejernihan. Orang yang bisa menyingkirkan egonya adalah orang-orang yang berjiwa besar maka, ia pantaslah terpilih. 

Nang

Nang adalah potongan dari kata menang atau wenang. Seseorang yang sudah mampu untuk diam sehingga memperoleh kejernihan. Lalu, dengan kejernihan yang dimilikinya itu ia menjadi orang yang terpilih. Dengan demikian dia sudah layak dikatakan sebagai pemenang. Ia menang melawan carut marut dunia dengan kreatifitasnya. Ia adalah orang yang punya wewenang atas dirinya sehingga ia bisa mengendalikan dirinya sendiri. Tidak tergesa-gesa dalam menghadapi sesuatu sehingga mampu mencapai kejernihan berpikir dan mampu melahirkan solusi bagi tiap permasalahan.

Demikian adalah makna filosofis yang termuat dalam bunyi gamelan neng, ning, nung, nang. Suatu petuah yang sarat akan makna bagi kehidupan manusia. Sudah sepantasnya bagi masyarakat jawa mampu menerapkan hal demikian dalam kehidupan. Ada kalanya mereka menarik diri dari keramaian dunia. Menahan ego yang terpatri dalam dirinya supaya tidak merusak pribadi manusia. Sehingga mampu menjadi manusia yang jernih hati dan pikirannya. Serta mampu menjadi sosok yang besar dan mempu mengendalikan suasana. Yang demikian bisa diaplikasikan dalam menanggapi problematika dunia. Manusia yang mampu melakukan hal ini tentunya adalah manusia pilihan yang dengan hebat dapat memberikan manfaat bagi sesama.  


Neng, Ning, Nung, Nang (Dari Bunyi Gamelan Menuju Manusia Tangguh) Neng, Ning, Nung, Nang (Dari Bunyi Gamelan Menuju Manusia Tangguh) Reviewed by Admin Nomizo.co on Sunday, May 14, 2023 Rating: 5

No comments

Related Posts No. (ex: 9)