Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan yang Terlupakan


Muhamad Fatkhul Huda-

Membicarakan masa depan suatu bangsa adalah sebuah kewajiban yang perlu ditunaikan oleh generasi hari ini. Kejayaan suatu bangsa tidak bisa serta-merta diraih dalam waktu yang singkat dan keadaan yang biasa saja. Perisapan yang luar biasa hebat harus disuguhkan sedini mungkin sebagai langkah awal membangun masa depan. Elemen yang tidak bisa terlepas dari fokus perbincangan arah masa depan adalah konsepsi mengenai pendidikan anak-anak muda. Pendidikan adalah alat utama sebagai upaya untuk meciptakan generasi tangguh di masa depan. Pendidikan adalah upaya menanam benih agar beberapa waktu kedepan bisa dipanen dengan maksimal.

Perlu disadari bahwa pendidikan sejatinya adalah upaya membentuk manusia yang siap menghadapi masa depan. Kesiapan menghadapi masa depan tidak hanya bergelut pada perosalan pengetahun dan keilmuan. Kesiapan mengenai moralitas dari tiap insanya juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya berkutat pada transfer knowlegde (transfer pengetahuan). Akan tetapi, pendidikan juga harus mampu melakukan transfer value (transfer nilai). Artinya pendidikan tidak boleh jika hanya memeberikan pengetauhan tanpa ada proses pengamalan. Pendidikan seharusnya menunjukan aspek uswah yang baik dan juga ada hikmah yang bisa diambil dari proses pendidikan. Dengan demikian, proses pendidikan bisa dikatakan berjalan sesuai hakikatnya.

Selain itu, kita sebagai bangsa besar tidak kekurangan tokoh yang memiliki gagasan cemerlang mengenai pendidikan. Terutama sosok besar yang juga disebut sebagai bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Banyak gagasan besar mengenai pendidikan yang tercipta dari aktivitas berpikirnya. Salah satunya yang masyur adalah sistem among yang perlu digariskan dalam suatu pendidikan. Dalam sistem among terdapat dua konsepsi yang perlu diejawantahkan dalam aktivitas pendidikan. Keduanya adalah pendidikan sesuai kodrat alam dan pendidikan sebagai jalan kemerdekaan. Dua hal tersebut adalah konsep dasar yang perlu dipahami oleh para pendidik. Lalu, sebenarnya dua konsep dasar tersebut sudah secara maksimal diaplikasikan dalam pendidikan Indonesia hari ini?

Kodrat Alam

            Pada konsep kodrat alam, Ki hajar dewantara ingin menjelaskan bagaimana seharusnya pendidikan itu mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak didik. Kodrat alam merupakan suatu hal yang melekat dalam diri manusia. Ia tidak bisa dipisahkan karena memang ini unsur bawaan bagi manusia sebagai seorang makhluk. Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia bisa menemui kebahagiaan apabila ia bisa menyatu dengan kodrat alam yang di dalamnya terdapat kemajuan(Suparlan, 2015). Pada konsep ini Ki Hajar Dewantara memberikan pandangan bahwa pendidikan seharusnya sesuai dengan kodrat alam dari anak didiknya. Bangsa Indonesia sudah seharusnya menciptakan pendidikan yang sesuai dengan kodrat bangsa Indonesia itu sendiri.

            Lahirnya konsepsi dasar ini bukan tanpa sebab, dahulu Ki Hajar Dewantara memandang bahwa pendidikan saat itu masih berbau kolonialis. Sistem pendidikan yang berbau paksaan, hukuman, dan ancaman begitu kuat saat itu. Sistem yang demikian menurut Ki Hajar Dewantara tidak pas diterapkan bagi pendidikan Indonesia. Hal demikian hanya membatasi anak didik dan tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendikan Indoneisa seharusnya selaras dengan kultur budaya bangsanya. Apabila pendidikan itu tidak sesuai dengan kodrat alamnya maka, proses pendidikan tersebut akan terhambat. Anak didik juga akan merasa terasingkan karena terbatasi dari nilai budaya sehingga tidak bisa menyerap aspirasi lokalnya. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menginginkan hal tersebut dihapuskan tapi tetap mengedepankan ketertiban dalam bermasyarakat.  

Kemerdekaan

            Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara adalah suatu upaya untuk memerdekan manusia dari kebodohan, penindasan, kemiskinan, dan sebagainya. Kegiatan mendidik haruslah melahirkan mausia yang merdeka pikirannya, merdeka batinnya, dan merdeka tenaganya(Sunardi, 2021). Pendidikan seharusnya memantik kreatifitas dari anak didik. Jangan paksakan peserta didik menelan pemikiran orang lain. Namun, peserta didik harusnya senantiasa didorang untuk menciptakan pemikirannya sendiri. Pendidikan adalah upaya mempelopori kepuasan batin dengan seluas-luasnya. Anak didik dilatih untuk merasakan kepekaan batin dengan sendirinya tidak boleh ada batasan yang sempit bagi perkembangan ini. Selain itu, pendidikan sudah sepantasnya mempu mengakomodir keinginan menjadi sebuah tenaga. Tidak layak disebut pendidikan apabila masih ada paksaan dan ancaman dalam upaya memaksimalkan tenaga manusia.

            Beranjak dari situlah, kemerdekaan manusia sebagai manifestasi pendidikan yang membangun bisa tercapai. Pendidikan yang sejati harus senantiasa menerapkan dan memperhatikan kemerdekaan anak didiknya. Dalam kemerdekaan ada aspek yang perlu diperhatikan yakni, berdikari. Pendidikan harus mampu menciptakan sosok yang bisa berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Pedidikan sudah sepatutnya memberikan pengetauhan yang memerdekakan dan bermanfaat. Pengetahuan yang mampu menciptakan ketertiban bagi diri sendiri dan orang banyak.

Realitas Pendidikan Modern Ini

Melihat gagasan Ki Hajar Dewantara mengenai konsep dasar pendidikan perlulah sebuah refleksi bagi pelaku pendidikan hari ini. Sudah pantaskah pendidikan Indonesia hari ini dikatakan pendidikan yang sesuai ruh bangsanya. Kerja dari sistem pendidikan hari ini sudah sesuaikah dengan orientasi dan hakikat pendidikan yang sejatinya? Atau jangan-jangan pendidikan hari ini malah tidak sesuai dengan gagasan yang dicetuskan oleh bapak pendidikan kita.

Coba lihat dengan seksama bagaimana sistem pendidikan hari ini berjalan. Orientasi dari pendidikan hari ini nampaknya masih semi kolonialis. Benarkah demikian? Dahulu waktu bangsa ini masih dalam kungkungan kolonialisme sekolah diberlakukan bagi para darah biru. Dari sekolah itu akan lahir para pegawai yang membantu kinerja penjajah. Lulusan sekolah waktu itu akhirnya bekerja di institusi-institusi milik Belanda. Artinya orientasi pendidikan waktu itu bukanlah mendorong kemerdekaan anak didik. Akan tetapi, mendorong untuk melanjutkan ideologi yang tertanam lama ditanah jajahan. Lalu, kita coba lihat hari ini, orang terdidik diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Banyak orang terpelajar digiring pikirannya untuk menjadi PNS. Sekolah kejuruan juga menerapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan pabrik-pabrik. Tujuannya adalah untuk memepersiapkan tenaga baru sebagai buruh pabrik.

Kemudian, dalam sistem pembelajaran banyak sekali aktivitas menghapal yang tekesan memaksa. Ujiannya adalah proses mendikte anak didik supaya sesuai dengan apa yang dirumuskan kurikulum. Di sini sudah nampak bahwa pendidikan tidak memberikan ruang kreatif bagi anak didiknya. Mereka dituntun untuk menelan sesuatu yang sama setiap masanya. Tidak ada kemerdekaan berpikir dalam tiap proses belajarnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Paulo Freire yakni pendidikan hanyalah upaya untuk mempertahankan ideologi yang sudah berkembang(Escobar, 1994). Pendidikan Indonesia tidak memberikan ruang bagi terciptanya kodrat bangsanya. Indonesia adalah negara yang memiliki lahan pertanian dan laut yang luas. Namun, orientasi pendidikan tidak pernah menyetuh hal tersebut.

Nampaknya jika ditelaah secara mendalam sistem pendidikan hari ini belum sesuai dengan apa yang digagas oleh KI Hajar Dewantara. Pedidikan hari ini belum mampu menerapkan konsep dasar yang dicetuskan KHD. Orientasi pendidikan hari ini masih sama seperti zaman kolonial yakni, menyambung nilai lama. Dengan demikian kita sangat berdosa karena tidak mampu merealisasikan gagasan KHD. Ditetapkannya hari pendidikan nasional di tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara tidak memepengaruhi sistem pendidikan yang berlaku. Kita hanya mengagungkan sosoknya tapi tidak mampu menjalanakan pemikirannya. Atau mungkin memang seperti ini bangsa Indonesia menghargai pahlwan bangsanya. Hanya cukup dengan menjadikan perayaan semata tanpa ada realisasi gagasannya. Padahal yang ditinggalkan adalah gagasanya bukan perayaan hari keliharannya. Akan tetapi, tidak apalah minimal ada yang masih mengingat jasa KI Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan Indonesia daripada tidak sama sekali.

Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka(berpribadi), yang dapat memerintah dan mengusai diri sendiri. Inilag manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.

-Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan yang Terlupakan Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan yang Terlupakan Reviewed by Admin Nomizo.co on Wednesday, May 03, 2023 Rating: 5

No comments

Related Posts No. (ex: 9)