Lir-lir : Perintah Untuk Berbenah


Muhamad Fatkhul Huda-

Tembang Lir-ilir tentunya tidak asing bagi telinga masyarakat jawa. Suatu tembang penuh petuah yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga dalam berdakwahnya. Tembang ini dilabeli sebagai tembang anak-anak. Pelabelan sebagai tembang anak-anak bukan malah menjadikan tembang ini terkesan hanya untuk main-main saja. Justru ini adalah strategi piweling (mengingatkan) yang ampuh bagi masyarakat. Sebagai tembang anak-anak tentunya tembang ini sering dinyayikan oleh anak-anak. Kebiasaan orang jawa dahulu adalah momong (mengasuh) anaknya sendiri. Pada waktu inilah petuah dari lir-ilir disebarkan. Ketika anak di emong dan menyanyikan tembang lir-ilir maka, sebagai orang tua akan mendengarkannya. Aktivitas demikian akan menggugah pikiran dari orang tua mengenai makna yang tersimpan dalam tembang lir-ilir. Atau bisa juga sebaliknya, ketika momong, orang tua yang akan menyayikan lir-ilir untuk anaknya  sebagai penghibur.


Aktivitas tersebut menggambarkan kegeniusan orang jawa dalam melihat kondisi masyarakat. Metode yang digunakan tentunya memberikan sebuah kesan untuk tidak menyepelekan hal yang kecil. Sebagai manusia juga harus melihat bahwa ilmu atau piweling bisa hadir dari siapa saja. Dari metode penyampaian saja sudah menarik apalagi isi yang disampaikannya. Tembang lir-ilir bukan hanya sekedar tembang anak-anak yang tidak memiliki makna. Ini adalah gubahan Sunan Kalijaga yang cukup istimewa untuk direnungkan. Karena bagi saya ini adalah tembang yang cukup ikonik dan populis. Oleh karena itu, saya akan mencoba menggali makna yang tekandung di dalamnya.


Lir-ilir

Tandure wes sumilir, tak ijo royo-roryo

Tak sengguh temanten anyar

Cah angon cah angon, penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.

Dodotiro-dodotiro kumintir bedah ing pinggir

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane

Yo surak oo... surak iyooo


Begitulah sekirannya lirik dari tembang lir-ilir yang sering kali dinyanyikan itu. Dari lirik di atas terlihat sederhana dan sekedar seperti hiburan bagi anak-anak saja. Namun, tidak seperti yang disangka oleh banyak orang yang belum tahu. Lirik ini kalau dibedah akan memberikan bahan refleksi yang cukup kritis. Mari kita bedah satu persatu dari lirik tembang lir-ilir


Lir-ilir, kata ini memiliki arti yang cukup sederhana yakni bangun. Kata lir-ilir diambil dari kata nglilir yang bertarti terbangun dari tidur. Pada hal ini pesan yang ingin disampaikan adalah bangunlah dari tidurmu. Jangan terlalu nyaman dengan tidurmu, heningmu, diammu. Kalau kamu sudah cukup untuk hal demikian segeralah bangun, beranjaklah, bangkitlah.


Tandure wes sumilir, arti dari tandure wes sumilir adalah tanamannya sudah bersemi. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat jawa waktu itu yang merupakan seorang petani. Dimana seorang petani akan menunggu tanaman yang ia tanam tumbuh besar. Tak ijo royo-royo, artinya hijau sekali, hijau berseri. Tandure wes sumilir, tak ijo royo-royo menggambarkan bahwa tanamannya sudah tumbuh besar hijau-hijau sekali. Dibalik itu terdapat makna yakni suatu kemudahan sudah terlihat. Tanaman yang tumbuh besar dan hijau sekali artinya dia sudah berhasil melawati masa pertumbuhan dan siap menuju masa panen. Pada masa ini keindahan dan kebahagiaan akan segera tercapai. Jika ditarik pada hari ini, maka ada perkembangan zaman yang sudah menemui kemudahan. Ada motor yang memudahkan perjalanan, alat tulis untuk membuat karya-karya sudah banyak, dan masih banyak lagi kemudahan lainnya.


Tak sengguh temanten anyar, arti dari kalimat tersebut adalah kebahagiaan seperti pengantin baru. Artinya berbahagialah kalian anak muda seperti bahagianya pengantin baru. Zaman sudah enak dengan perkembangan peradaban yang semakin maju. Sambutlah hal demikian dengan kebahagiaan layaknya kebahagiaan seseorang saat menikmati menjadi pengantin baru.


Cah angon-cah angon, penekno blimbing kuwi. Cah angon memiliki arti penggembala, Penggembala adalah pemimpin atau pemandu hewan gembalaannya. Dia sudah sepantasnya merawat, melindungi, memberi makan dan minum hewan gembalaannya. Hal tersebut merupakan sebuah gambaran bagi seorang pemimpin. Tugasnya adalah melindungi dan merawat orang yang dia pimpin. Seorang pemimpin disini tidak hanya dinisbatkan pada pemimpin secara sempit saja. Tiap individu adalah pemimpin bagi dirinya ataupun orang disekitarnya. Dengan demikian, tirulah cah angon dalam menjalani kehidupan. Penekno blimbling kuwi, artinya panjatkan pohon blimbing itu. Ada makna simbolik yang termanifestasikan dalam buah blimbing. Blimbing adalah simbolis keutamaan, buah ini memiliki bentuk yang indentik dengan bitang dengan lima sudutnya. Angka lima menjadi simbol dari keutamaan-keutamaan, rukun Islam ada lima, sholat wajib lima waktu, pancasila ada lima sila. Penekno blimbing kuwi menjadi sebuah perintah untuk gapailah keutamaan-keutamaan tersebut.


Lunyu-lunyu penekno, dalam kalimat ini terbahasakan kondisi pohonya licin tapi panjatlah. Hal ini merupakan gambaran dari tantangan dan rintangan. Digambarkan bahwa pohon blimbing itu licin tapi tetap harus dipanjat. Meskipun licin ataupun banyak rintangan dalam rangka menggapai keutamaan harus tetap dilakukan. Jangan sampai rintangan yang ada menghentikan langkah kita untuk melakukan hal yang utama. Mungkin dunia modern ini banyak hal yang menantang tapi keutamaan tadi janganlah ditinggalkan.


Kanggo basuh dodotiro, arti dari kalimat ini adalah untuk membasuh pakaianmu. Blimbing yang menyimbolkan keutamaan tadi dipertujukan untuk membasuh pakaianmu. Dalam artian pakaian disini adalah sesuatu gambaran dari seseorang. Dalam petuah lain disebutkan ajining raga saka busana. Artinya harganya sebuah badan itu berdasar pakaiannya. Jika pakaiannya baik dan sopan maka orang itu akan dinilai sopan. Oleh karena itu, pakaian merupakan makna simbolis yang mengandung arti kehormataan dari seseorang. Pakaian sebagai simbol dari cerminan diri seorang manusia. Keutamaan-keutamaan tadi digunakan untuk membasuh cerminan diri orang tersebut supaya menjadi lebih baik. Membasuh hatinya, jiwanya, badannya sehingga menjadi pribadi yang memiliki cerminan diri yang baik.


Dodotiro-dodotiro kumintir bedah ing pinggir, pakaian-pakaianmu sobek di bagian pinggir. Maksud dari kalimat ini adalah cerminan dari dirimu itu sobek di pinggirnya. Hal ini merupakan sebuah teguran, bahwa ada yang luput dari hidup. Ada suatu hal yang perlu dibenahi dari dalam dirimu.


Dondomono Jlumatono kanggo sebo mengko sore, sebo merupakan istilah ketika orang dulu pergi menghadap kepada raja. Jadi disini adalah perintah untuk menjahit pakaian dirapikan pakaiannya untuk menghadap raja disore nanti. Kata sore bisa menyimbolkan petang saat maghrib datang. Bisa juga berarti sore itu ketika waktunya sudah dekat ajal kita. Memperbaiki pakaian supaya bisa digunakan untuk menghadap kepada Allah. Memperindah diri mulai dari jiwa, hati, dan laku supaya ketika menghadap kepada Allah dalam keadaan yang baik.


Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane. Mumpung masih padang rembulane berarti mumpung masih terang keadaannya. Perihal baik dan buruk masih jelas identifikasinya. Dan juga masih jembar kalangane, artinya masih lebar kesempatan untuk memperbaiki. Masih ada waktu sebelum terlambat untuk memperbaiki.


Yo surak ooo.... surak iyooo. Ketika ada orang yang mengajak pada kebaikan atau menunjukan kesalahan yang ada pada dirimu, maka berkatalah iya. Ketika diajak untuk melakukan hal baik maka jawablah iya dengan mengikuti kebaikan itu. Janganlah menjawab dengan tidak atau menolak ajakan baik tersebut.


Beranjak dari definisi atau makna yang tersirat dalam tembang lir-ilir bisa diserap untuk melakukan transformasi peradaban. Mulai dari bangun dari kenyamanan yang sedang didapatkan. Lalu, melihat realitas yang sudah begitu megah, mudah, dan membahagiakan. Kemudian, jangan lupa setelah mampu bangun dan melihat realitas yang menyenangkan, sebagai seorang manusia harus paham hakikatnya. Manusia ialah seorang pemimpin yang sudah sepatutnya mengayomi alam semesta. Sebagai manusia juga haruslah menjadi sosok yang senantiasa berusaha menggapai keutamaan-keutamaan. Dari keutamaan tersebut, manusia akan menjadi pribadi yang baik bagi sesama. Manusia juga tidak boleh anti terhadap kritik yang bertujuan untuk membenahi diri. Berbenah dan selalu memperindah cerminan diri adalah suatu hal yang selayaknya dilakukan manusia terus-menerus. Sebelum kesempatan dan ilmu pengetahuan itu habis dimakan oleh waktu maka, segeralah untuk berbenah, segerlaha untuk mejawab iya ketika diajak pada kebaikan. Karena hanya kebaikan dari manusialah yang menjadi bekal untuk menghadap kepada Allah.

Lir-lir : Perintah Untuk Berbenah Lir-lir : Perintah Untuk Berbenah Reviewed by Admin Nomizo.co on Tuesday, June 06, 2023 Rating: 5

No comments

Related Posts No. (ex: 9)